top of page

Harga Minyak Rebound, Kekhawatiran Ekonomi Membayangi


PT KONTAK PERKASA - Harga minyak berhasil rebound pada perdagangan Rabu (19/12/2018), tetapi penguatannya tertahan setelah penaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari 2019 ditutup melonjak 2,1% di level US$47,20 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah terperosok sekitar 12% selama tiga hari sebelumnya. Kontrak Februari yang lebih aktif naik US$1,57% ke level US$48,17 per barel.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari 2019 berakhir menanjak 98 sen di level US$57,24 per barel di ICE Futures Europe exchange di London, setelah anjlok ke level penutupan terendahnya sejak Oktober 2017 pada Selasa (18/12). Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$9,07 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir Bloomberg, meskipun mampu rebound, minyak WTI mengikis lonjakan yang sebelumnya mencapai 3,8% akibat didorong laporan pemerintah yang menunjukkan bahwa permintaan untuk minyak pemanas dan bahan bakar serupa di AS mencapai level tertingginya dalam 15 tahun.

Di sisi lain, The Fed mengerek suku bunga acuannya (Fed Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 2,25%-2,50%. Ini adalah langkah penaikan keempat kalinya sepanjang 2018.

Sementara itu, proyeksi terbaru yang dirilis pada hari yang sama menunjukkan para pembuat kebijakan memperkirakan dua kali penaikan suku bunga pada 2019 dan satu kali penaikan pada 2020.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuannya berakhir, The Fed mengatakan risiko terhadap ekonomi tampak kurang lebih seimbang. Namun otoritas moneter AS tersebut akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi.

Reaksi terhadap kenaikan suku bunga AS sebagian diredam oleh pengurangan jumlah penaikan oleh The Fed yang diproyeksikan untuk tahun 2019.

“Perekonomian secara keseluruhan berfungsi dengan baik,” kata Brian Kessens, yang membantu mengawasi portofolio energi senilai US$16 miliar di Tortoise, Kansas.

“Meskipun permintaan minyak pemanas selalu melonjak selama musim dingin, sedikit lebih baik dari ekspektasi sudah cukup, mengingat bagaimana sentimen negatif telah terlihat.”

Minyak mentah tetap berada di jalur untuk penurunan kuartalan terburuk dalam empat tahun, terlepas dari kesepakatan yang dicapai antara OPEC dan eksportir minyak lainnya bulan ini untuk menurunkan produksi harian sebesar 1,2 juta barel per hari.

Pada Rabu (19/12), Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih berupaya meredakan keraguan dengan mengatakan bahwa kesepakatan itu akan membawa keseimbangan pada pasar minyak mentah dan yakin kesepakatan itu akan diperpanjang pada April.



bottom of page