top of page

Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'



Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, tetapi nilai tukar rupiah malah menguat.


Kemarin, IHSG berakhir dengan koreksi 0,77%. IHSG sudah berada di bawah 6.300 dan menyentuh titik terendah sejak 9 Maret 2021. Investor asing mencatatkan jual bersih Rp 192,18 miliar di pasar reguler.


Pelaku pasar, terutama asing, asing sepertinya masih cenderung menjauh dari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini terlihat dari IHSG yang cenderung melemah, di mana dalam sebulan terakhir terjadi koreksi 0,22% secara point-to-point.


Tidak hanya di Indonesia, investor juga meninggalkan pasar saham di berbagai negara, bahkan Amerika Serikat (AS). Penyebabnya, pemilik modal kini sedang berfokus ke pasar obligasi pemerintah Negeri Paman Sam.


Sejak pekan keempat Januari 2021, imbal hasil (yield) surat utang pemerintahan Presiden AS Joseph "Joe' Biden bergerak naik. Sepanjang 2021, yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun sudah naik 77 basis poin (bps).


Di sini kita bicara tentang obligasi pemerintah AS, aset yang sangat aman anti gagal bayar (default). Sudah aman, kini aset itu memberikan keuntungan dengan yield yang semakin tinggi. Akibatnya, investor terus mengalihkan fokus ke pasar obligasi pemerintah AS.


Meski IHSG terkoreksi, tetapi tidak dengan rupiah. Di hadapan dolar AS, mata uang Tanah Air menguat tipis 0,07% kala penutupan perdagangan pasar spot. Dolar AS berhasil dilengserkan ke bawah Rp 14.400.


Maklum saja, rupiah beberapa waktu belakangan melemah cukup tajam. Dalam sebulan terakhir, rupiah sudah melemah 2,13% secara point-to-point di hadapan dolar AS. Ini membuat rupiah punya ruang untuk terapresiasi, karena mata uang Ibu Pertiwi sudah kelewat 'murah'.


Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210324021059-17-232362/corona-makin-gawat-china-negara-barat-malah-main-silat

Comentários


bottom of page