top of page

Investor Asing Rajin Net Buy, Tapi IHSG Gugur

Semarang, PT Kontak Perkasa Futures - Investor asing tercatat rajin menggelontorkan dana di pasar saham domestik. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejak awal tahun, investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 4,85 triliun.

Angka tersebut telah mencapai 12,77% dari total beli bersih yang dilakukan oleh asing tahun lalu senilai total Rp 37,79 triliun.

Emiten big cap, khususnya sektor finansial menjadi sasaran utama asing untuk dikoleksi dengan lima dari tujuh transaksi beli bersih asing teratas diisi oleh emiten dari sektor keuangan. Bank BCA (BBCA), Bank Jago (ARTO) dan Bank BRI (BBRI) tercatat berada di puncak tiga teratas, dengan Bank BNI (BBNI) dan Bank BRI (BBRi) masing-masing berada di peringkat 5 dan 7.


Total nilai transaksi asing di awal tahun juga ikut terkerek menjadi Rp 41,4 triliun atau mencapai 31% dari total transaksi bursa. Sebelumnya sejak pertengahan 2020 hingga tengah tahun 2021 lalu, total transaksi investor asing tidak pernah menyentuh angka 30%.

Foto: BEI Persentase total perdagangan bursa berdasarkan jenis investor

Pembelian asing tahun ini juga sejalan pemulihan ekonomi nasional, mengikuti kondisi tahun lalu di mana asing kembali masuk ke pasar modal RI setelah eksodus besar-besaran di tahun 2020 lalu.

Foto: BEI Aktivitas jual/beli bersih asing di pasar modal RI

Selain itu tahun lalu, pasar modal RI juga merupakan satu dari hanya dua pasar ekuitas utama Asia di mana asing mencatatkan pembelian bersih.

Foto: Refinitiv Aliran investasi asing tahun 2021 di bursa Asia

Meski investor asing mencatatkan pembelian bersih di pasar ekuitas Asia pada bulan Desember, namun, secara keseluruhan bursa Asia menghadapi arus keluar total senilai US$ 35 miliar tahun lalu, terbesar sejak 2008, berdasarkan data yang dihimpun dari Refinitiv.

"FII (foreign investment flows/aliran investasi asing) sebagian besar telah menghindari pasar Asia selama beberapa bulan terakhir, sebagian besar karena apresiasi dolar AS dan pasar ekuitas negara maju memiliki kinerja baik, sementara bursa di kawasan Asia telah bergulat dengan gelombang COVID-19 dan tindakan regulasi," kata Suresh Tantia, ahli strategi investasi senior di Credit Suisse, dilansir Reuters.

Investor enggan mengambil risiko tahun lalu di bursa Asia, terutama di sektor teknologi, karena kenaikan biaya, gangguan dalam rantai pasokan, dan ketika China memulai tindakan keras terhadap perusahaan teknologi dan internetnya.


Korea Selatan dan Taiwan, yang sangat bergantung pada pendapatan ekspor teknologinya, mengalami arus keluar masing-masing senilai US$ 22,85 miliar dan US$ 16,25 miliar tahun lalu.

Selanjutnya, terdapat juga kekhawatiran di sektor real estat China, dengan perusahaan pengembang perumahan terbesarnya China Evergrande Group berjuang untuk membayar utangnya, juga menjadi sentimen negatif.


"Di China, tantangan real estat akan memberikan [hambatan] bagi pertumbuhan untuk 2022, tetapi kami percaya bahwa pelonggaran yang ditargetkan akan memacu momentum, terutama dengan peningkatan manufaktur dan investasi hijau menjadi titik terang," kata Jessica Tea, spesialis investasi senior di BNP. manajemen aset Paribas.


Selain diuntungkan oleh performa buruk bursa lain, beberapa hal yang juga dapat menjadi katalis masuknya investor asing termasuk kondisi kesehatan yang penanganan pandemi yang relatif baik dibandingkan dunia, stabilnya nilai tukar serta kebijakan pemerintah yang mendukung pemulihan ekonomi nasional.


Rendahnya kasus omicron tentu memberikan dampak positif, di mana pemerintah tidak perlu menerap PPKM yang pada akhirnya dapat menyerang ekonomi secara keseluruhan, termasuk turunnya pendapatan dan laba dari emiten publik.


Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220118103751-17-308247/investor-asing-rajin-net-buy-tapi-ihsg-gugur

Comments


bottom of page