top of page

Isu Global Membuat Mata Uang Garuda Tak Berdaya



Semarang, kontak perkasa futures - Kurs rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini (22/2/2022) setelah kemarin bergerak fluktuatif. Banyaknya tekanan eksternal membuat sentimen positif dari dalam negeri pun tidak bisa membuat rupiah perkasa.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan terkoreksi tipis 0,03% di Rp 14.330/US$. Pada pukul 11:00 WIB, Mata Uang Garuda kembali terkoreksi lebih tajam 0,24% ke Rp 14.360/US$.


Dari dalam negeri, Indonesia berhasil mengumpulkan Rp 25 triliun (US$ 1,75 miliar) dari Obligasi Negara Ritel (ORI) pertama tahun ini atau ORI021. Kementerian Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa hal tersebut upaya untuk menutup kesenjangan anggaran 2022 yang diproyeksikan untuk mendanai program pemulihan pandemi.


Obligasi ditawarkan dengan persenan kupon tahunan sebesar 4,9% dengan jatuh tempo 3 tahun. Indonesia telah berusaha untuk mendapatkan investor lokal untuk membeli bonds dan mengurangi ketergantungannya pada dana asing untuk membiayai defisit anggarannya. Proyeksi terbaru defisit tahun ini sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Pada penerbitan ORI021 kali ini, mencatat jumlah investor terbanyak sepanjang penerbitan SBN ritel yaitu 56.238 investor, di mana 25.405 merupakan investor baru," tutur Direktoral Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dikutip dari Reuters.


Hampir setengah dari pembeli berusia 20 hingga 40 tahun. Walaupun, sentimen positif terus berdatangan dari dalam negeri, tampaknya tidak dapat mendorong Mata Uang Garuda untuk menguat di pasar spot.

Sementara itu, di zona Amerika, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Michelle Bowman mengatakan bahwa The Fed akan menilai data ekonomi yang akan dirilis selama tiga minggu ke depan dalam memutuskan apakah kenaikan suku bunga setengah poin persentase pada pertemuan The Fed selanjutnya di bulan Maret diperlukan.

Sebelum pertemuan berikutnya, akan ada laporan inflasi dan angka pekerjaan baru secara bulanan untuk dicerna oleh The Fed. Selain itu, faktor eksternal lain seperti tensi geopolitik Rusia-Ukraina.


Namun, hal tersebut bertentangan dengan pendapat pejabat senior The Fed lainnya seperti Presiden The Fed wilayah New York John Williams yang menilai tidak perlu kenaikan suku bunga yang besar. Bowman juga menilai selain menentukan kenaikan suku bunga acuan, pengurangan neraca yang tepat untuk tahun ini dan seterusnya akan tergantung pada data ekonomi yang masuk yang akan menunjukkan bagaimana ekonomi berkembang.


Ketua Fed Jerome Powell yang telah bungkam secara publik sejak Januari lalu, kemungkinan akan memberikan penilaiannya ketika muncul di hadapan kongres pada tanggal 2 dan 3 Maret. Selain itu, eskalasi tensi geopolitik di Eropa Timur telah membuat pasar menjadi volatil. Sehingga, investor diproyeksikan tetap akan beralih ke aset safe haven atau aset yang dianggap aman.

Dalam dunia forex, ada tiga mata uang yang dianggap safe haven, yaitu Yen Jepang, dolar AS, dan dolar franc swiss. Tercatat, dolar AS menguat sebanyak 0,06% di US$ 96,136 di pasar spot hari ini dan menekan rupiah.


Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220222111632-17-317253/isu-global-membuat-mata-uang-garuda-tak-berdaya

Comments


bottom of page