top of page

Membaca Kinerja GoTo dengan 'Aturan 40'



Semarang, PT KP Press - Pertanyaan publik 10 tahun lebih atas jeroan duet Gojek-Tokopedia, di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, terjawab sudah. Prospektus penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) membuka kinerja dan prospek perseroan sebenarnya.

Perseroan resmi menerbitkan prospektus IPO pada Selasa (15/3/2022) yang memuat informasi detil mengenai isi perusahaan, mulai dari kinerja operasi, kinerja keuangan, hingga pemegang saham pengendali kepada publik.


Berdasarkan prospektus tersebut, startup dengan ekosistem terbesar di Indonesia ini akan menawarkan sebanyak-banyaknya 48 miliar saham baru seri A (dan mungkin ditingkatkan hingga maksimal 52 miliar saham baru), mewakili 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor.



GoTo menargetkan bisa menghimpun dana dari masyarakat senilai Rp 17,9 triliun, dengan harga penawaran di kisaran Rp 316-Rp 346/unit saham. Sekitar 90% dana hasil IPO akan digunakan sebagai penyertaan di ketiga unit usahanya yakni GoJek, Tokopedia dan GoPay.


Respon publik pun beragam. Namun mayoritas tentu saja menyorot soal profitabilitas, mengingat decacorn (sebutan untuk perusahaan rintisan atau startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun) ini masih merugi.

Perseroan sendiri secara terbuka mengakui hal tersebut, dengan menyatakan bahwa profitabilitas di masa mendatang bergantung pada kemampuan manajemen untuk mengembangkan dan memasarkan bisnisnya secara efisien.


Pernyataan tersebut adalah wujud keterbukaan atau transparansi perseroan kepada publik, yang disampaikan dalam prospektus sebagai pengungkapan risiko yang dihadapi, sekalipun rugi bersih tersebut cenderung menurun dari tahun ke tahun.

"Perusahaan tidak dapat menjamin bahwa Perusahaan akan dapat membukukan laba bersih di masa mendatang. Keberhasilan perusahaan teknologi lain tidak dapat digunakan sebagai indikasi kinerja keuangan Perusahaan di masa mendatang," tulis manajemen di prospektus (halaman 114).


Titik inilah yang membedakan cara pandang dan karakteristik investor di pasar modal terhadap saham GOTO. Mereka yang menganggap bahwa nilai saham IPO harus dilihat berdasarkan rasio profitabilitas dan prospek dividennya akan menganggap GOTO sebagai saham yang tak menarik.

Maklum saja, startup berskala unicorn memang masih jadi "barang asing" di bursa nasional, dengan hanya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang sudah tercatat (dan masih merugi Rp 1,32 triliun).

Sebaliknya, investor yang familiar dengan dunia startup dan modal ventura menilai profitabilitas bukan indikator utama dalam menilai prospek saham startup yang hendak IPO.

Pandangan ini sudah sangat dipahami di negara maju sejak tahun 1997, ketika Amazon mencatatkan saham di bursa Amerika Serikat (AS) dan masih memikul rugi bersih US$ 5,8 juta. Facebook pun ketika listing memikul rugi bersih US$ 157 juta (per kuartal II-2012).

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220318103230-17-323853/membaca-kinerja-goto-dengan-aturan-40

Comments


bottom of page