top of page

Simak! Begini Dampak Pajak Ekspor Nikel ke Laba Emiten Nikel


Semarang, Kontak perkasa Futures - Pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan untuk memberlakukan pajak ekspor progresif untuk komoditas nikel, terutama dengan kandungan nikel rendah seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi).


Sehubungan dengan itu, analis telah melakukan simulasi dampak pajak ekspor tersebut terhadap laba emiten nikel, salah satunya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam.


Menurut riset analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso, Senin (17/1/2022), usulan pemberlakuan pajak nikel tersebut bisa dipahami, mengingat tujuan pemerintah untuk mempertahankan masa pakai tambang nikel di Tanah Air.


Menurut estimasi Ryan Santoso, apabila nantinya pajak nikel diberlakukan sebesar 2%, laba bersih Antam akan turun sebesar 4,3%. Catatan saja, pajak nikel itu hanya untuk penjualan produk FeNi Antam dan dengan asumsi ceteris paribus (semua hal lain/variabel dianggap sama).


"Namun demikian, setiap peningkatan output dan utilisasi untuk meningkatkan produksi nikel olahan akan dapat mengurangi risiko ini," kata Ryan Santoso dalam risetnya.


Ini karena, jelas Ryan, pihaknya belum memperhitungkan potensi peningkatan produksi FeNi ANTM di smelter Halmahera Timur yang diprediksi akan naik menjadi sekitar 38.000 ton pa dari 25.000 saat ini. Smelter tersebut sendiri diharapkan akan beroperasi pada kuartal III tahun ini.


Selain itu, menurut hemat RHB Sekuritas, proyek smelter bauksit yang sedang berjalan akan memberikan dukungan tambahan untuk pendapatan ANTM di masa depan. Kemajuan proyek tersebut telah mencapai 22% pada akhir 2021 dan ditargetkan selesai pada 2023.


Adapun, RHB Sekuritas menilai, permintaan nikel dari Antam masih kuat, kendati adanya kabar kandasnya rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) melakukan akuisisi perusahaan pabrik kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Jerman yakni StreetScooter.


Sebagai informasi, IBC merupakan perusahaan patungan dari sejumlah BUMN, yakni MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan Antam.

Baca: Sempat Kena Obral, Begini Prospek Saham Sejuta Umat Antam


"Kami percaya dampaknya [kandasnya investasi tersebut] terhadap ANTM tidak akan besar, karena perusahaan tetap diuntungkan dari fokusnya pada segmen hulu rantai pasokan nikel," jelas Ryan.


Ryan menambahkan, ANTM akan terus menyediakan bahan baku yang dibutuhkan untuk pabrik smelter di Indonesia, di mana output tersebut kemudian disalurkan ke perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pemanfaatan nikel olahan, seperti industri baja tahan karat atau EV.


Sementara itu, kata Ryan, LG Chem dan Contemporary Amperex Technology alis CATL telah mengkonfirmasi rencana investasi di Indonesia masing-masing senilai US$ 9,8 miliar dan US$ 5,2 miliar.


Dengan berkaca pada prospek Antam ke depan, RHB Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli (buy) dengan target price Rp 3.450/saham atau 82,54% dari harga saat ini.


"Kami tetap positif di prospek Aneka Tambang [Antam], didukung oleh upaya menjaga stabilitas operasi emas dan nikel, didukung oleh harga jual yang wajar," kata Ryan.


Kendati harga terkoreksi cukup dalam (16% secara year-to-date/td atau awal tahun ini), RHB Sekuritas menjelaskan, ini merupakan "kesempatan untuk bermain investasi jangka panjang".


Adapun risiko kerugian yang berpotensi mengganggu estimasi tersebut, mulai dari fluktuasi mata uang asing, usulan pajak progresif atas ekspor nikel, dan pelemahan permintaan untuk logam utama yang bisa menurunkan kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Baca: PDB China Tak Meyakinkan, IHSG Berakhir Merah di Sesi 1


Selain RHB Sekuritas, analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga sebelumnya telah melakukan hitung-hitungan dampak terhadap laba emiten nikel apabila pajak progresif ekspor nikel nantinya jadi diberlakukan.


Dalam risetnya yang terbit pada Jumat (14/1/2022), Hasan menjelaskan, sembari menunggu pengumuman rincian tarif pajak progresif ekspor nikel, pihaknya mencoba membuat analisis skenario dampak pajak ekspor pada kinerja pendapatan ANTM.


Menurut perhitungan Danareksa, feronikel saat ini menyumbang sekitar 17% terhadap pendapatan Antam.


Dalam perhitungan awalnya, Danareksa Sekuritas menunjukkan bahwa pajak ekspor feronikel tidak akan terlalu membebani pendapatan ANTM.


Dengan skenario tarif pajak ekspor nikel sebesar 1%, laba Antam akan tertekan sebesar 2,3%. Kemudian apabila tarif pajak ditetapkan sebesar 2%, laba Antam akan turun 4,69%.


Demikian dengan skenario lainnya: dengan tarif pajak 3% (laba diprediksi bisa turun 6,9%), tarif pajak 4% (laba turun 9,2%), dan tarif pajak 5% (laba turun 11,6%).


Lebih lanjut, Danareksa mengharapkan adanya peningkatan volume bijih nikel seiring kapasitas terpasang nikel yang lebih tinggi.


"Kami berpandangan bahwa ANTM akan menjadi penerima manfaat utama dari perbaikan smelter nikel kapasitas di Indonesia dan hal ini akan diterjemahkan ke dalam volume penjualan yang lebih tinggi untuk bisnis bijih nikel," jelas Hasan dalam risetnya.


Menurut catatan Hasan, Indonesia akan menambah 230 ribu ton smelter nikel kapasitas pada 2022 dan 170 ribu ton lagi di 2023.


"Akibatnya, kami memperkirakan bahwa volume penjualan bijih nikel ANTM akan tumbuh sekitar 10% yoy (secara tahunan) pada 2022 menjadi 8,8 juta ton bijih nikel yang menghasilkan pendapatan sebesar Rp 33 triliun," kata Hasan.

Baca: Saham Nikel Ramai-Ramai 'Nyungsep', Ada Apa?


Selain itu, Hasan menilai, Danareksa tetap optimis pada prospek nikel di 2022. Permintaan dari stainless steel dan non-stainless diperkirakan akan tumbuh masing-masing 9,9% dan 9,6%, didorong oleh pertumbuhan yang solid dari kebangkitan ekonomi pasca-lockdown akibat pandemi Covid-19.


"Selanjutnya, pasar nikel pada 2022 akan agak ketat karena pasokan nikel masih terganggu oleh pembatasan energi yang sedang berlangsung di China yang menyebabkan pembatasan operasional di fasilitas smelter NPI," ujarnya.


Danareksa sendiri masih mempertahankan target price untuk saham ANTM di level Rp 3.000/saham.


"Kami masih menunggu gambaran yang lebih jelas tentang pajak ekspor progresif sebelum kami memperhitungkannya untuk perkiraan pendapatan [Antam]," tambah Hasan.


Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220117113415-17-307896/simak-begini-dampak-pajak-ekspor-nikel-ke-laba-emiten-nikel

Comments


bottom of page