top of page

Sri Lanka Mau Blokir Sawit, Ternyata Gak Ngefek ke Harga CPO

Semarang, PT KPF - Sri Lanka berencana untuk memboikot impor dan pembukaan perkebunan sawit yang baru. Namun ternyata kabar ini tak berdampak pada harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Harga minyak nabati ini justru terbang.


Pada perdagangan Rabu (7/4/2021) harga kontrak CPO pengiriman Juni di Bursa Malaysia Derivatif Exchange malah lanjut menguat dengan apresiasi 1,13%. Harga CPO berada di RM 3.845/ton pada 10.40 WIB.


Impor minyak sawit dan jumlah perkebunan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Sri Lanka. Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tujuan dari kebijakan itu adalah untuk membuat negara bebas dari perkebunan kelapa sawit dan konsumsi minyak sawit.


Sri Lanka berupaya untuk menjadi negara bebas dari perkebunan kelapa sawit dan konsumsi minyak sawit karena selama ini ketergantungan pada sawit telah memicu terjadinya deforestasi yang masif di negara tersebut.


Sri Lanka sendiri mengimpor sekitar 200.000 ton minyak sawit setiap tahun, terutama dari Indonesia dan Malaysia. Mengacu pada data UN Comtrade ekspor minyak sawit dan turunannya baik yang diproses (refined) maupun tidak mencapai US$ 37 juta pada 2019.


Di tahun yang sama Indonesia memasok sekitar 42% dari total impor Sri Lanka yang hanya US$ 87,2 juta. Sementara total ekspor RI untuk komoditas dengan kode HS 1511 dua tahun silam mencapai US$ 14,7 miliar. Artinya pangsa ekspor Sri Lanka hanya 0,25%. Melihat angkanya jelas sangatlah kecil.


Indonesia lebih banyak mengekspor komoditas ini ke India dan China. Pada periode 2017-2019 RI mengekspor produk minyak sawit ke India rata-rata sebesar US$ 2,25 miliar sampai US$ 4,9 miliar.

Di saat yang sama RI mengekspor minyak sawit ke China sebesar US$ 2 miliar -US$ 2,5 miliar. Dari data ini saja jelas terlihat bahwa pangsa ekspor ke Sri Lanka tidak ada apa-apanya dibandingken ke India dan China.

Harga minyak nabati unggulan RI dan Malaysia ini juga mendapat katalis positif terkait prospek stok yang lebih rendah. Melansir Reuters, Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) mematok produksi selama 1-5 April turun 6% secara bulanan.


Sementara itu, ekspor dari Malaysia selama periode yang sama naik 10,6% dari Maret, jika mengacu pada data perusahaan surveyor kargo Intertek Testing Services. Penurunan produksi dan naiknya ekspor akan membuat stok menjadi lebih rendah dan harga terangkat naik.


Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210407103609-17-235855/sri-lanka-mau-blokir-sawit-ternyata-gak-ngefek-ke-harga-cpo

Comments


bottom of page