Tarik Cuan Berjamaah, Saham Nikel Ambles Barengan
- kontakbpp
- Dec 10, 2021
- 2 min read

Semarang, PT Kontak perkasa Futures - Saham-saham emiten nikel kompak berguguran ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (10/12/2021). Investor tampaknya buru-buru melakukan aksi ambil untung setelah pada Kamis kemarin (9/12) saham-saham tersebut cenderung naik.
Selain itu, harga kontrak berjangka (futures) nikel juga mengalami koreksi selama 2 hari beruntun setelah naik dalam 2 hari berturut-turut.
Berikut kinerja saham nikel, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.49 WIB.
PAM Mineral (NICL), saham -1,37%, ke Rp 72/saham
Vale Indonesia (INCO), -1,25%, ke Rp 4.740/saham
Harum Energy (HRUM), -0,70%, ke Rp 10.650/saham
Pelat Timah Nusantara (NIKL), -0,50%, ke Rp 1.005/saham
Aneka Tambang (ANTM), -0,43%, ke Rp 2.320/saham
Timah (TINS), -0,32%, ke Rp 1.560/saham
Saham NICL menjadi yang paling melemah, yakni 1,37%, setelah kemarin melesat 4,29%. Dalam sepekan, saham yang NICL masih naik 2,82%, lantaran seringkali stagnan (5 kali) dan hanya memerah sekali.
Saham INCO juga melorot 1,25%, usai naik 1,27% pada penutupan perdagangan kemarin. Dalam sepekan, saham INCO turun 0,42%, sedangkan dalam sebulan melemah 3,07%.
Saham HRUM juga turun 0,70%, berbalik arah setelah melejit 5,15% pada perdagangan kemarin.
Duo saham pelat merah, ANTM dan TINS, juga masing-masing turun 0,43% dan 0,32% pagi ini.
Harga futures nikel di London Metal Exchange (LME) pagi ini turun 0,60% ke posisi US$ 19.780/ton, melanjutkan pelemahan 1,63% pada perdagangan kemarin.
Koreksi dalam 2 hari ini terjadi menyusul kenaikan selama Selasa (7/12) dan Rabu (8/12) dengan persentase masing-masing sebesar 1,86% dan 0,20%. Selama Selasa dan Rabu, harga nikel berada di level US$ 20.000/ton.
Pelemahan nikel terjadi di tengah penyebaran varian virus corona Omicron yang kian meluas.
Omicron makin menyebar dan sudah dilaporkan di 57 negara sedikit mengaburkan pemulihan ekonomi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO khawatir Omicron dapat mendorong jumlah pasien rawat inap di fasilitas kesehatan. Walaupun saat ini belum ada laporan infeksi Omicron menimbulkan gejala yang parah, namun tetap harus waspada.
"Bahkan jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian Delta, diyakini rawat inap akan meningkat jika lebih banyak orang terinfeksi dan akan ada jeda waktu antara peningkatan insiden kasus serta peningkatan kasus kematian," ujar lembaga kesehatan global itu dikutip Straits Times, Kamis (9/12/2021).
Penyebaran Omicron yang lebih luas menimbulkan ketidakpastian terhadap pemulihan ekonomi dunia, sehingga investor lebih berhati-hati.
Dalam jangka pendek penyebaran Omicron masih akan jadi beban laju harga nikel.
Namun, dalam jangka menengah prospek nikel masih bagus karena permintaan yang datang dari produksi baja tahan karat (stainless steel) dan kendaraan listrik.
International Nickel Study Group (INSG) memperkirakan permintaan nikel global akan naik 16% pada tahun ini. Permintaan tersebut tidak mampu diimbangi oleh produksi sehingga menciptakan defisit pasar sebesar 134.000 ton pada tahun ini, menurut INSG.
JPMorgan memperkirakan kondisi defisit akan bertahan setidaknya hingga paruh pertama tahun 2022.
Kondisi defisit ini yang mampu menopang harga nikel untuk terus naik.
JP Morgan dalam sebuah laporan memprediksi harga nikel global akan mencapai US$ 23.000/ton pada kuartal pertama 2022.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20211210100236-17-298184/tarik-cuan-berjamaah-saham-nikel-ambles-barengan
Comments